A Little Boy and The Apple Tree

>> Sabtu, 01 November 2008


source : www.islamicoccassions.com

A long time ago, there was a huge apple tree. A little boy loved to come and play around it everyday. He climbed to the treetop, ate the apples, and took a nap under the shadow. He loved the tree and the tree loved to play with him. Time went by, the little boy had grown up and he no longer played around the tree every day.

One day, the boy came back to the tree and he looked sad. “Come and play with me”, the tree asked the boy.“I am no longer a kid, I do not play around trees any more”
the boy replied.“I want toys. I need money to buy them.”
“Sorry, but I do not have money, but you can pick all my apples
and sell them. So, you will have money.” The boy was so excited. He grabbed all the apples on the tree and left happily. The boy never came back after he picked the apples. The tree was sad.

One day, the boy who now turned into a man returned and the tree was excited.
“Come and play with me” the tree said. “I do not have time to play. I have to work for my family. We need a house for shelter. Can you help me?”
“Sorry, but I do not have any house. But you can chop off my branches to build your house.” So the man cut all the branches of the tree and left happily. The tree was glad to see him happy but the man never came back since then. The tree was again lonely and sad.

One hot summer day, the man returned and the tree was delighted.
“Come and play with me!” the tree said.“I am getting old. I want to go sailing to relax myself. Can you give me a boat?” said the man.
“Use my trunk to build your boat. You can sail far away and be happy.” So the man cut the tree trunk to make a boat. He went sailing and never showed up for a long time.

Finally, the man returned after many years. “Sorry, my boy. But I do not have anything for you
anymore. No more apples for you”, the tree said. “No problem, I do not have any teeth to bite” the man replied.
“No more trunk for you to climb on.” “I am too old for that now” the man said.
“I really cannot give you anything, the only thing left is my dying roots,” the tree said with tears.
“I do not need much now, just a place to rest. I am tired after all these years,” the man replied.
“Good! Old tree roots are the best place to lean on and rest, come sit down with me and rest.” The man sat down and the tree was glad and smiled with tears.

This is a story of everyone. The tree is like our parents. When we were young, we loved to play with our Mum and Dad. When we grow up, we leave them; only come to them when we need something or when we are in trouble. No matter what, parents will always be there and give everything they could just to make you happy. You may think the boy is cruel to the tree, but that is how all of us treat our parents. We take them for granted; we don’t appreciate all they do for us, until it’s too late. Wallahi, May Allah forgives us of our shortcomings and may He guide us.



Anak Kecil dan Pohon Apel

Translated by : Yanie

Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah pohon apel yang sangat besar. Ada seorang anak kecil yang senang bermain di sekitarnya setiap hari. Ia suka memanjat pohon itu hingga ke puncaknya, memakan buahnya dan beristirahat dibawah bayangannya. Ia sangat menyukai pohon itu dan pohon itu pun sangat senang bermain dengannya

Waktu terus berlalu, si anak kecil pun tumbuh lebih besar. Dan ia tidak lagi bermain di sekitar pohon apel setiap hari. Suatu hari anak tersebut kembali mendatangi pohon apel, ia terlihat sedih.
“Mari bermain bersamaku”, pinta sang pohon kepada anak itu.
“Aku bukan anak kecil lagi, aku tidak lagi bermain disekitar pohon”, jawab anak itu. “Aku ingin mainan yang banyak, aku butuh uang untuk membelinya”, sambungnya.
“Maafkan aku, aku tidak punya uang, tapi kau bisa memetik semua buahku dan menjualnya agar kau bisa mendapatkan uang.” Sang anak sangat senang mendengarnya, segera ia petik semua buah pohon apel itu lalu pergi dengan gembira. Setelah mengambil semua buah apel itu ia tidak pernah kembali, sang pohon pun sedih.

Suatu hari, sang anak yang telah menjadi manusia dewasa kembali ke pohon itu, sang pohon pun bersuka cita.
“Mari bermain bersamaku”, kata sang pohon.
“Aku tidak punya waktu untuk bermain. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk bernaung. Bisakah kau menolongku ?”
Sang pohon menjawab, “Maafkan aku, aku tidak memiliki rumah. Tapi kau bisa menebang dahanku untuk kau bangun rumah.” Manusia itu lalu memotong semua dahannya dan pergi dengan senangnya. Sang pohon senang melihatnya gembira namun sejak saat itu manusia tersebut tidak pernah kembali. Sekali lagi sang pohon merasa kesepian dan sedih.

Suatu hari di musim panas, sang manusia kembali dan sang pohon merasa gembira.
“Mari bermain bersamaku !” kata sang pohon.
“Aku sudah tua. Aku ingin berlayar dan menenangkan diriku. Bisakah kau memberiku sebuah perahu ?”, pinta manusia itu.
Pakailah batang pohonku untuk membangun kapalmu. Kau bisa berlayar yang jauh dan bergembiralah”, jawab sang pohon. Lalu dipotonglah batang pohon apel itu dan dibuatnya sebuah perahu. Ia lalu berlayar dan tidak pernah muncul untuk waktu yang sangat lama.

Akhirnya setelah sekian tahun berlalu manusia itu kembali. “Maaf nak, aku tidak punya apa-apa lagi untukmu. Tidak ada lagi apel untukmu”, kata sang pohon pelan. “Tidak apa-apa, aku tidak lagi punya gigi untuk untuk menggigit”, jawab manusia itu.
“Aku tidak lagi punya batang pohon untuk kau panjat”, sambung sang pohon.
”Aku sudah terlalu tua untuk itu”,kata manusia.
“Aku benar-benar tidak bisa memberimu sesuatu apa pun.” Yang tersisa dariku hanyalah akar tua, kata sang pohon lagi sambil menangis.
“Aku tidak membutuhkan hal sebanyak itu saat ini, aku hanya butuh tempat untuk beristirahat”, jawab sang manusia.
“Baiklah !” akar-akar tua ini adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat. Duduklah bersamaku dan beristirahatlah.” Manusia itu pun duduk dan sang pohon apel akhirnya bahagia dan tersenyum dengan berlinang air mata.

Ini adalah kisah manusia. Pohon itu ibarat orang tua kita. Waktu kecil kita senang bermain bersama ibu dan ayah kita. Namun saat kita dewasa, kita meninggalkan mereka; dan hanya datang kepada mereka saat kita membutuhkan sesuatu atau saat kita mendapatkan kesulitan. Namun apapun itu, ayah dan ibu selalu ada dan memberikan segalanya yang mereka mampu berikan untuk membuatmu bahagia.

Engkau mungkin berfikir sang anak telah berbuat jahat kepada pohon apel itu. Tapi, begitulah cara kita memperlakukan kedua orang tua kita. Kita telah memanfaatkan mereka; kita tidak menghargai semua yang telah mereka lakukan untuk kita.
Demi Allah, semoga Allah mengampuni kesalahan kami dan memberi kami petunjuk.

0 komentar:

Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan

Tapi hebat dalam tindakan

(Confusius)

  © Blogger template Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP