Mengapa Kita Jatuh ?...

>> Rabu, 17 September 2008


Oleh : Yanie

Membicarakan tentang manusia memang selalu menarik dan tidak ada habisnya. warna-warninya suka dan duka, sedih dan senang terpoles serasi dalam kanvas kehidupan, menciptakan lukisan indah yang selalu menarik siapapun yang ingin belajar tentang kehidupan, menginspirasi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dan memberikan pelajaran bagaimana memaknai kegagalan. Ia sekaligus cermin bagi diri, mengetuk jiwa kita tentang siapa dan untuk apa kita hidup. Tulisan ini hanyalah pandangan subyektif penulis yang mencoba memaknai sedikit dari guratan lukisan kehidupan yang bercerita tentang keberhasilan dan kegagalan manusia, hanya mencoba menyadarkan kita [terutama bagi penulis] untuk melihat hidup dalam perspektif yang lebih positif, terlebih saat dihadapkan pada jurang ujian berupa kegagalan. Agar kita tidak hanya diam dalam keterpurukan. Sebab hidup adalah pilihan. Keberhasilan dan kegagalan adalah pilihan.

Siapapun pasti mendambakan sebuah keberhasilan. Terlepas dari ukurannya yang mungkin berbeda-beda, Ia adalah kebutuhan yang mendorong manusia untuk selalu bergerak dan melakukan banyak hal dalam hidupnya. Berbagai usaha dan upaya di tempuh untuk mewujudkan sebuah mimpi tentang hidup yang lebih baik. Namun kadangkala kenyataan tidak selalu berbanding lurus dengan keinginan manusia. Kita mesti melewati beragam tantangan dan rintangan hidup, suka atau tidak suka. Itulah hukum Tuhan yang berlaku umum atas manusia untuk menguji konsistensi kita. Dan saat kita dihadapkan pada situasi semacam ini ternyata tidak semua dari kita yang berhasil melaluinya. Kegagalan memang bukan sesuatu yang mudah untuk diterima bagi setiap orang. Ia selalu menyisakan kesedihan bagi siapapun yang mengalaminya. Menyesal, itu pasti. Sampai pada titik ini kita semua sama. Tapi pada reaksi selanjutnya, inilah yang akan membedakan antara manusia yang kuat dengan manusia yang lemah. Mereka yang lemah melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Mereka bereaksi dengan menyalahkan diri sendiri, merasa menjadi orang paling sial dan tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut seolah tak ada lagi hari esok. Ada pula yang menyalahkan situasi, orang lain bahkan Tuhan pun bisa dianggap bertindak tidak adil atas kegagalan yang dialaminya. Dominasi perasaan yang demikian sangat efektif meruntuhkan semangat untuk terus berbuat dan membuntukan fikiran dalam mencari solusi atas kegagalannya. Yang terjadi kemudian adalah stagnasi dan sikap apatis, mungkin bahasa yang halus untuk kata menyerah, padahal tidak ada dalam sejarah hidup manusia bahwa sikap tersebut dapat melahirkan keberhasilan. Sementara manusia yang kuat menyikapi kegagalan dengan terbuka. mereka tidak mau terlalu lama berkubang dengan kesedihan apalagi putus asa. Sebab bagi mereka, kegagalan adalah adalah keberhasilan yang tertunda. Kegagalan menjadikan mereka jauh lebih bijak dari sebelumnya, jauh lebih kreatif dari sebelumnya, dan jauh lebih siap dari sebelumnya. Mereka memaknai kegagalan sebagai tarbiyah (pembinaan) dari Allah bukan untuk menyengsarakan tapi justru untuk membentuk manusia menjadi lebih sempurna. Hikmah ini sekali lagi hanya bisa dimaknai oleh manusia yang kuat saja.

Kesempatan meraih keberhasilan tidak lantas terhapus hanya karena kita mengalami kegagalan di tengah jalan. Janganlah terlalu bersedih, sebab mereka yang berhasil dimuka bumi ini juga pernah merasakan kegagalan dalam hidupnya. Siapa yang tidak mengenal lampu pijar, alat penerang yang kini digunakan oleh milyaran manusia di bumi ini, tapi tahukah kita bahwa sesungguhnya ia adalah buah dari 9000 kali percobaan oleh seorang brilian Thomas Alfa Edison. Tidak bisa dibayangkan seandainya ia menyerah pada kegagalannya yang ke- 8999, mungkin saat ini kita masih menggunakan lentera atau lilin sebagai penerangan. Juga lontaran menarik dari seorang Bill Gates, salah seorang terkaya di dunia, pemilik perusahaan raksasa, Microsoft. Ia mengatakan, ”Banyak orang melihat keberhasilan saya, padahal itu hanya 10 persen dari hidup saya, sementara 90 persennya adalah kegagalan”. Mereka telah membuktikan bahwa kegagalan justru menjadi bagian dari keberhasilan. Karena itu, janganlah berfikir ketika gagal kemudian menjadi pecundang. Karena pecundang yang sesungguhnya adalah mereka yang tidak pernah berani untuk berbuat dan mengambil resiko. Dengan kata lain, pecundang adalah mereka yang gagal sebelum bertindak.

Penyakit paling berbahaya dari kegagalan adalah keputus-asaan. Ia mematikan jiwa dan fikiran manusia. Kita sudah mempertaruhkan segalanya untuk mengejar impian kita, namun badai tiba-tiba datang dan menghempaskan semua yang kita miliki. Pahit memang. Rasanya pengorbanan kita seolah tidak ada artinya. Berhati-hatilah, karena inilah situasi yang dapat menyuburkan benih keputusasaan. Lalu adakah cara ampuh untuk mengatasi keputusasaan ini ? tentu saja ada. Kita yakin Allah tidak menciptakan cobaan hidup agar manusia berhenti untuk berkarya, Allah menganugerahi rasa dan akal pada kita, dua hal yang dengannya kita bisa berkembang semakin cerdas dan arif. Disinilah kita akan menemukan jawabannya.

Rasa, didalamnya berkumpul keyakinan dan keinginan. Perpaduan dua hal positif ini menciptakan harapan. Harapan lah yang membuat kita bertahan hidup. Mereka yang merasa kehilangan harapan akan mengalami penderitaan dan perasaan tak menentu, bahkan pada titik jenuh sebagian dari individu yang tidak kuat menanggung beban penderitaan tersebut mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya, na’udzubillahi. Tentunya kita tidak ingin sampai mengalami situasi semacam ini. Oleh karena itu, mari kembali menumbuhkan ’pohon’ harapan baru. Harapan yang jauh lebih kokoh, agar tidak mudah goyah oleh terpaan cobaan dan kegagalan. Harapan yang tumbuh dari benih keinginan yang tulus untuk sebuah kehidupan yang lebih baik bagi pribadi dan orang-orang yang kita cintai. Pupuklah harapan itu dengan keyakinan. Keyakinan yang didalamnya mengandung unsur kesabaran dan semangat pantang menyerah yang akan mematikan keputusasaan serta menghapus kesedihan.

Akal, dengannya kita bisa mengerti. Mengerti untuk membedakan mana yang benar dan yang salah, mengerti tentang kebaikkan dan keburukkan. Akal adalah kumpulan pengetahuan, alat navigasi canggih yang selalu menemukan jalan tersembunyi dari setiap kebuntuan, menentukan arah di tiap persimpangan. Di dalam akal terkandung pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri terdiri dari ilmu dan pengalaman. Kecerdasan mengolah pengetahuan tersebut akan membawa kita keluar dari lingkaran kegagalan, menciptakan solusi yang rasional, logis dan realistis atas berbagai problematika hidup serta memberikan andil yang besar dalam setiap keputusan kita.. Beruntunglah mereka yang selalu berupaya memperluas pengetahuannya dan mengasah kecerdasannya dengan senantiasa berfikir kritis. Mereka belajar dari masa lalu, belajar dari lingkungannya dan pada akhirnya membentuk mereka menjadi manusia yang lebih bijak dan arif. Oleh karena itu, mari mengoptimalkan kembali akal kita, mungkin saja selama ini beban yang kita rasakan adalah karena kita terlalu mengedepankan perasaan emosional ketimbang rasionalitas kita. Mari bangun kembali menara pengetahuan yang telah lama kita biarkan teronggok dan berkarat. Lalu bila ia telah meninggi, biarkan fikiran kita menemukan satu demi satu jawaban atas belenggu hidup kita dan keluar dari kegagalan sebagai pemenang.

Cukuplah pemaknaan sederhana ini membawa kita semua pada kesadaran bahwa hidup adalah perjuangan. Mengapa kita jatuh ? Agar kita bisa bangkit kembali...

Terjerembab dalam kesukaran, penderitaan, kehilangan dan semua definisi yang semakna dengannya bukanlah penghalang yang sanggup menghentikan gelombang tekad orang-orang yang berhasil. Semoga Allah menguatkan kita dan memberkahi setiap langkah perjuangan hidup kita. Amin

Write with your heart

2 komentar:

ARISTIONO NUGROHO 8 Oktober 2008 pukul 16.58  

Assallamu'alaikum Wr.Wb.
Terimakasih informasinya.
Pada umumnya manusia hidup dalam proses. Dengan kata lain tidak ada sesuatu yang tiba-tiba, semuanya melalui proses. Gagal dan sukses merupakan konsekuensi logis, dari proses partisipasi dan kontribusi dalam proses. Oleh karena itu, bila ingin sukses hendaklah berpartisipasi dan berkontribusi opgtimal dalam proses.
Wassalamu'alaikum. Untuk berbagai informasi silahkan klik "Sosiologi Dakwah" di http://sosiologidakwah.blogspot.com

Dreamer, Lover and Fighter 22 Oktober 2008 pukul 23.18  

change is from our mind...

nothing is impossible...!

Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan

Tapi hebat dalam tindakan

(Confusius)

  © Blogger template Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP