Malam ini rasanya badan kehilangan tenaga dan perut terasa mual, padahal pagi tadi masih bersemangat membersamai teman-teman “sekolah” dalam kegiatan Sahabat P*S. Setelah sholat isya di mushola sebelah kuputuskan untuk berbaring dan tidur sejenak. Ternyata mata ini belum mau diajak istirahat, akhirnya fikiran melayang kemana-mana. Peristriwa-peristiwa masa lalu pun kembali hadir ditengah lamunan dan mendorong saya untuk menyalakan kembali komputer desktop, mencoba untuk menuangkan semua peristiwa itu menjadi sebuah nilai paling tidak untuk diri sendiri dan juga untuk mereka yang berkenan membaca tulisan ini. Yah, kadang inspirasi itu muncul dalam situasi yang beragam, termasuk saat ini. Alhamdulilah pusing dan mual *_* yang saya alami justru telah memberi waktu bagi saya untuk kembali berfikir, belajar dan menyelami nilai dari kehidupan masa lalu sebab saya meyakini bahwa mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang mau belajar dari masa lalu.
Ada sebuah nasihat menarik dari salah seorang ikhwan alumni fakultas hukum angkatan ‘98. Kami berjumpa dalam sebuah acara temu alumni pengurus FOSMI di Lebak Bulus beberapa pekan lalu. Beliau berkata, jika ingin jujur rasanya kehidupan di kampus itu lebih menyenangkan ketimbang pasca kampus. Tantangan dalam lingkungan masyarakat jauh lebih berat. Disatu sisi kita harus bisa survive dalam memenuhi kebutuhan hidup pribadi bahkan keluarga, sementara di sisi yang lain tantangan dakwah profesi maupun masyarakat memiliki skala yang lebih luas dan permasalahan sosial yang kompleks. Singkat kata akhirnya beliau menutup nasihat itu dengan sebuah kesimpulan sederhana namun sangat mendalam, bahwa kita harus lebih dekat dengan agama ini lebih dari yang sudah-sudah.
Jika memikirkan kembali nasihat itu, saya tersenyum sendiri, dahulu bersama teman-teman berfikir tantangan dakwah kampus sulitnya luar biasa. Mendesain, menyusun strategi hingga perkara teknis pelaksanaan program semua dikerjakan, dengan kata lain kita terlibat hampir semua tahapannya. Kadang jenuh kadang lelah dan seringkali ditengah situasi semacam itu menciptakan suasana hati yang mudah panas serta mudah tersinggung. Sebuah pengalaman berharga atau lebih cocok dikatakan buruk kami alami pada suatu malam saat tim ikhwan melakukan pembahasan tentang penataan struktur. Ini adalah agenda yang paling sensitif diantara semua agenda kami. Saya agak lupa pukul berapa mulainya, yang jelas hingga pukul 02.00 dini hari pembahasan itu belum juga selesai bahkan semakin alot, hingga akhirnya rapat ditutup menjelang subuh. Kelelahan telah membuat fikiran keruh dan hati kami menjadi emosional. Yah, harus saya akui dinamika seperti ini yang kadang mewarnai perjalanan dakwah kampus. Namun ditengah arus perbedaan pandangan itu kami tetap menjaga keutuhan barisan, tidak pernah ada dendam apalagi sentimen pribadi, yang ada justru perbedaan itu semakin memperindah jalinan ukhuwah diantara kami. Yah, Ini hanyalah satu episode dari bermacam kisah masa lalu yang telah memberi pelajaran berarti bagi saya, ada yang menyenangkan namun tidak jarang pula melelahkan ^_^. Inilah tarbiyah, bahwa semua yang kita jalani adalah pembelajaran nyata tentang komitmen, tentang kesabaran, tentang cinta dan persaudaraan yang seluruhnya bermuara pada satu pintu yaitu keimanan.
Saya selalu teringat dengan kutipan ayat yang sering menjadi muatan nasihat dalam pertemuan rutin kami bersama ustadz Usman Sudarmaji, SE (semoga Allah merahmati beliau ^_^):
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS. Al Ankabut: 2-3).
Dari ayat tersebut saya kemudian memahami bahwa berbagai kesulitan yang selama ini saya dan teman-teman rasakan dahulu sesungguhnya adalah bagian dari ujian keimanan. Maka bebanggalah mereka yang mendapatkan kesusahan dalam dakwah, karena Allah sedang melihat mereka, menguji kesungguhan mereka. Ditengah situasi sulit saat itu saya merenung dan mencoba menghibur diri, “tenang akhi, masa-masa sulit yang kau alami saat ini justru akan menjadi kenangan paling indah dimasa yang akan datang, berikan saja yang terbaik yang engkau mampu.” Akhirnya fase kampus telah lewat, dan saya pun bisa merasakan betapa kesulitan masa lalu ternyata manis rasanya di kemudian hari bahkan jauh lebih dari itu, maknanya memberi hikmah yang berharga. Itulah energi masa lalu yang selalu me-refresh hari-hari saya hingga saat ini.
Masa lalu adalah masa lalu, saya sadari bahwa babak baru telah dimulai, satu
marhalah dakwah baru telah menanti, lebih berat dari yang sebelumnya, oleh karena itu semangat harus terus membara, dimanapun dan kapan pun kita adalah da’I,
nahnu du’at qabla kulli syai’in. Tidaklah perlu risau dengan beratnya tugas, sebab ia tidak akan pernah melebihi dari kemampuan pengembannya dan bahwa pertolongan Allah itu hanya akan datang pada situasi sulit dan dalam puncak kesabaran kita.
Kepada kawan-kawan generasi baru pejuang dakwah kampus siapapun kalian, jagalah komitmen itu sebab perjalanan masih sangat jauh. Kampus hanyalah fase awal pembelajaran hidup, jangan gugur di sini, terlalu dini untuk itu. Bagilah kesulitan dan kesenangan itu bersama sahabat yang berjuang karena dengan kebersamaan semua menjadi mudah dan indah. Jangan tutupi hati dan pendengaranmu dari nasihat, karena nasihat adalah bentuk cinta dari orang-orang soleh terhadap saudaranya. Jadilah da’I yang kreatif dan kaya gagasan agar dakwah tidak membosankan dan senantiasa menjadi magnet yang memilik daya tarik orang-orang di dekatnya.
Kepada mereka yang pernah menikmati hangatnya tarbiyah, “ Bangkitlah kalian, jangan diam apalagi tertidur oleh kesenangan, kembalilah kedalam barisan pejuang karena surga tidak dapat diraih melainkan dengan ujian dan pengorbanan. Cukuplah semua kenikmatan Allah sebagai pengingatmu. Kembalilah berkarya dan biarkanlah Allah, Rasul dan orang-orang beriman menjadi saksi perjuangan kita semua !”
Kepada mereka yang telah mengsinpirasi hidup saya, yang telah memberi pengertian tentang nilai-nilai ini, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih, kepada para sahabat yang pernah membersamai, tertawa bersama, sedih bersama (begadang bersama *_*) dan kepada para guru (asatidz kami tercinta) yang setia membimbing dan membina kami (ditegur juga hehehe..) dengan kesabaran sehingga kami mengerti tentang hidup yang berarti dan mencoba menjalaninya, semoga Allah memberkahi kalian semua dan memberikan kesabaran serta komitmen yang teguh dalam menjalani kehidupan ini. Amin
Qum yaa Ikhwati…Allahu akbar !!! (tangan dikepal ya, semangat…^_^)
NB : sampai tulisan ini selesai perut saya masih mual :(( doakan ya ^_^
Read more...